Tentulah setiap orang menginginkan menjadi yang ”ter –”, entah itu terbaik, terpintar, terkaya, tercantik, tertampan, tersehat, terkuat, atau apapun itu. Namun apakah kita menjumpai bahwa diri ini termasuk bagian dari yang diinginkan itu. Teramat jarang kita menjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun apakah setelah kita tidak menjadi yang ”ter –” itu, menyebabkan kita menjadi tak berdaya.
Thomas Alfa Edison seorang penemu bohlam, dia adalah orang yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan formalnya karena dianggap tidak mampu dan dianggap berbeda dengan orang kebanyakan. Namun berkat dorongan ibunya dan keinginanannya yang kuat untuk belajar akhirnya ia bisa menciptakan bola lampu pijar, yang sampai sekarang hasil ciptaannya tersebut dapat dinikmati oleh hampir semua orang didunia ini. Syeikh Ahmad Yassin, seorang pemimpin spiritual Hamas adalah seorang yang buta dan juga tuli. Namun apakah dia kemudian berdiam diri saja dengan kelemahannya. Syeikh ini sampai diakhir hayatnya tidak pernah lelah untuk terus mengobarkan semangat perlawanan kepada kaum zionis dan kemudian mampu menggerakkan para pemuda, ibu-ibu, bahkan anak-anak untuk menjemput syahid. Adalagi Bilal bin Rabah, seorang sahabat Rasulullah SAW dari kalangan budak berkulit hitam, ia tidak pernah merasa rendah diri dengan fisiknya. Bahkan Rasulullah SAW pun telah mendengar terompahnya di surga. Subhanallah, orang yang masih hidup di dunia pada saat itu, namun langkah terompahnya sudah terdengar berada di surga.
Kenapa orang-orang yang nampak secara fisik lemah dan tidak tampak kelebihan apa-apa ini bisa menjadi begitu unggul? Satu hal yang harus kita pahami bahwa mereka meyakini bahwa mereka adalah yang terunggul. Kenapa demikian, karena dari awal kita tercipta di dunia ini memang sudah unggul. Dari jutaan sel sperma yang berebut membuahi sel telur, ternyata kitalah yang terunggul, kitalah yang kemudian menjadi manusia. Kitalah yang terlahir dengan sempurna dan berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Ini sudah menunjukkan bahwa betapa unggulnya kita.
Ternyata menjadi unggul itu tidak mesti menjadi yang ”ter –”. Namun pribadi yang unggul adalah mereka tahu secara persis potensi apa yang mereka miliki, dan dengan kemampuan yang optimal, mereka mampu menggerakkan setiap elemen yang bergerak disekitarnya itu. Menjadi unggul tidklah sulit, yang tersulit adalah bagaimana kita dapat menemukan potensi unggul yang terdapat didiri kita masing-masing. Setiap orang tentu bisa menjadi unggul, bahkan orang yang cacat secara fisik sekalipun. Sadarilah, bahwa saat ini kita terlahir dengan kesempurnaan, tidak hanya satu keunggulan yang bisa kita buat, ada banyak keunggulan yang bakal tercipta. Selain itu, turutlah berbahagia dengan keunggulan orang lain, karena dengan seperti itu kita tetap bisa menjaga ruang kita untuk terus meningkatkan kemampuan diri. Teruslah bersemangat sebagai insan yang tetap unggul saudaraku.
Wallahu ‘alam
2 komentar:
Kita diciptakan Allah dengan segala kelebihan dan kekurangan. Hanya Allah yang sempurna. Itu makanya hidup kita butuh orang lain untuk saling berbagi dan saling mendukung. Berusaha untuk menjadi orang yang bersyukur dan meninggkatkan potensi diri tanpa diniatkan untuk menjadi yang ter.. ini dirasa lebih nyaman.
Iya ni, sepertinya dengan let it flow dan terus berupaya meningkatkan potensi diri malah terkadang melebihi dari yang kita diinginkan. Suai tuh banyak syukur
Posting Komentar